Jumat, 22 Maret 2013

A.    Perubahan Makna
Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan sosial yang disebabkan oleh perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan fakto-faktor lainnya. Jadi perubahan makna itu dapat terjadi karena berbagai faktor yang dapat menyebabkan makna menjadi berubah. Selain itu perubahan makna dapat ditinjau dari berbagai segi.
Jenis-jenis Perubahan yaitu:
1.    Generalisasi
Generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata  dari yang khusus kepada yang lebih umum atau dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Maksudnya cakupan makna pada  masa kini lebih luas daripada makna masa lalu

Contohnya:
•    Pada hari Raya Idul Fitri semua anak di desa itu memakai baju baru.
Baju di sini berarti pakaian, baju, celana, kain sarung, kopiah, rok dan lain-lainya. Pada mulanya baju dahulu berarti kain penutup badan dari pinggang sampai leher. Jadi, pada contoh ini mengalami perluasan makna yang pada mulanya kata baju berarti penutup badan dari pinggang sampai leher menjadi  pakaian, baju, celana, kain sarung, kopiah, rok dan lain-lainya.
•    Kata beliau yang dulu digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, tapi sekarang digunakan untuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya.
•    Kata putra pada masa dulu adalah anak laki-laki raja, tapi pada masa kini adalah semua anak laki-laki. Kata Jadi, pada contoh ini mengalami perluasan makna  pada mulanya kata putra adalah anak laki-laki raja namun sekarang putra adalah semua anak laki-laki.

2.    Spesialisasi
Proses spesialisasi penyempitan mengacu pada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya.
Contohnya:
•    kata ilmuan yang biasa digunakan untuk orang pandai atau cendikiawan, namun sekarang digunakan untuk penemu atau profesor.
•    Ibu sedang mencari pembantu.
Pembantu di sini berarti babu atau pembantu rumah tangga, yang pada mulanya pembantu berarti semua orang yang memberi bantuan. Jadi, dalam cantoh ini mengalami penyempitan makna dari pembantu yang pada mulanya berarti semua orang yang memberi bantuan menjadi babu atau pembantu rumah tangga.

3.    Ameliorasi
Ameliorasi adalah membuat kata menjadi lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun, lebih halus. Maksudnya perubahan amelioratif mengacu pada peningkatan makna kata, makna baru yang dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya daripada makna dulu, dengan kata lain ameliorasi ini maksudnya adalah penghalusan makna kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata.

Contoh:
•    Kata melahirkan lebih baik dan lebih hormat daripada kata beranak.
Maksudnya, kata melahirkan itu lebih sopan untuk manusia daripada kata beranak yang biasa digunakan untuk hewan.
•    kata maling kini pencuri.
•     kata tua kini lanjut usia.

4.    Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah daripada makna semula. Jadi peyorasi ini maksudnya adalah perubahan makna kata dari yang baik menjadi lebih buruk atau jelek, dengan kata lain pengkasaran dan kurang sopannya makna kata dari kata yang halus menjadi lebih kasar. Peyorasi ini kebalikan dari ameliorasi.

Contohnya:
Kata halus:            kata kasar:
 Istri                bini
Saya                gue/gua
Hamil                bunting

5.    Sintesia
Sintesia adalah jenis perubahan makna yang terjadi sebagai akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda. Misalnya , pertukaran indra penglihatan dengan indra pendengaran dan lain sebagainya sehingga maknanya berubah.

Contoh:
•    Suara Ani sedap didengar.
Maksudnya, seharusnya kata sedap itu dialami oleh indra perasa bukan oleh indra pendengaran. Inilah yangmengalami perubahan.

6.    Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat. Maksudnya, pada perubahan ini selalu menggunakan persamaan ataupun menggunakan istilah.

Contoh:
•    Ibu naik Merpati ke Jakarta kemarin.
Maksudnya, kata merpati ( yang bermakna burung) diasosiasikan dengan pesawat udara Merpati Airlines.

•    Kalau mau cepat selesai urusannya maka berikan amplop pada petugas secapatnya.
Maksudnya, kata amplop diasosiasikan dengan sogok atau suap.

Jumat, 15 Maret 2013


1      Perubahan Makna
Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan sosial yang disebabkan oleh perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan fakto-faktor lainnya. Jadi perubahan makna itu dapat terjadi karena berbagai faktor yang dapat menyebabkan makna menjadi berubah. Selain itu perubahan makna dapat ditinjau dari berbagai segi.

Ada banyak unsur  yang mempengaruhi perubahan makna, namun di sini penulis hanya membahas 2 saja. Unsur-unsur penyebab perubahan makna antara lain:
1.      Akibat ciri dasar yang dimiliki oleh unsure internal bahasa
Kolokasi yang sangat ketat antara Teh dengan minuman.  Misalnya, menyebabkan adanya perkembangan makna kata teh itu sendiri, selain mengacu pada “daun”, juga mengacu pada “serbuk” dan minuman.
2.      Akibat adanya proses gramatik

Contoh: kata ibu, akibat dari mengalami relasigramatik dengan kota, akhirnya tidak menunjuk pada “perempuan” tetapi pada tempat atau daerah.
Biasanya kata ibu digunakan untuk panggilan orang tua perempuan di Desa atau Kampung.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata, sebab-sebab terjadinya perubahan makna yaitu:

1.      Perkembangan dalam Ilmi dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang IPTEK menyebabkan terjadinya perubahan makna, dalam hal ini mengandung konsep makna yang sedarhana.
Cantohnya:  Kata telepon sekarang sudah berganti menjadi HP (Hand Phone)  hal ini terjadi karena sebagai akibat dari perkembangan teknologi, telepon umum biasanya digunakan untuk umum yang disebut dengan Wartel atau telepon rumah. Jadi, seiring dengan kemajuan teknologi kata juga dapat berubah walaupun kata telepon dan HP adalah suatu yang berbeda tapi keduanya sama-sama merupakan alat komunikasi jarak jauh.

2.      Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan  juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sama halnya dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Contohnya: kata saudara dalam bahasa sansekerta bermakna ‘seperut’ atau ‘satu kandungan’. Tetapi kini kata saudara bukan hanya bermakna ‘orang yang dilahirkan dari satu kandungan yang sama’ tetapi digunakan untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus social yang sama dengan dia.

3.      Perbedaan dalam Bidang Pemakaian
Dalam bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersendiri yang hanya digunakan dalam makna tertentu dalam bidang tersebut.
Contohnya: dalam bidang ilmu kesehatan ada kata-kata dokter, suster, perawat, apotek, obat, opnam diaknosa, infus, pasien, koma, penyakit, rumah sakit. Jadi, kata-kata dalam bidang ini hanya ada dalam bidang kesehatan.

4.      Adanya Asosiasi
Ada perbedaan  yang terjadi sebagai akibat pengguna dalam bidang yang lain, di sini makna baru yang muncul berkaitan dengan hal/peristiwa lain yang berkenaan dengan kata terebut.
Contohnya:Asosiasi antara  dompet dengan uang. Maksudnya isinya yaitu uang.

Asosiasi yang berkenaan dengan waktu, misalnya peringatan 17 Agustus. Maksudnya peringatan  hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Karenahari kemerdekaan jatuh  pada tanggal 17 Agustus.
5.      Pertukaran Indra
Contohnya: Rasa pedas seharusnya ditangkap oleh indra perasa pada lidah, tertukar menjadi ditangkap oleh indra pendengaran dalam ujaran kata-kata yang cukup pedas. Istilah pertukaran ini disebut dengan sinestesia.

6.      Perbedaan Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata yang sebenarnya secara sinkronis mempunyai makna leksikal yang tetap. Hal ini sering disebut peyoratif dan amelioratif.
Contohnya:  kata bunting, mati dianggap peyoratif, namun kata hamil, meninggal  dianggap amelioratif.
7.      Adanya Penyingkatan

Contohnya: Ortu sudah pasti mengetahui maksudnya yaitu orang tua.

Jenis-jenis Perubahan yaitu:
1.      Meluas
Contohnya: Kata beliau yang dulu digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, tapi sekarang digunakan untuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya.
2.      Menyempit
Contohnya: kata ilmuan yang biasa digunakan untuk orang pandai atau cendikiawan, namun sekarang digunakan untuk penemu atau professor.
3.      Perubahan Total
Contohnya: kata sigap dan rajin sekarang berubah menjadi terampil.
4.      Penghalusa (ufemia)
Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata.
Contohnya: kata maling kini pencuri, kata tua kini lanjut usia.
5.      Pengasaran
Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar.
Contohnya: kata menendang yang sebenarnya mengeluarkan.


Senin, 04 Maret 2013

Perubahan Makna



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam pembicaraan terdahulu sudah disebutkan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah. Pernyataan ini menyiratkan juga pengertian bahwa kalau secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan berubah maka secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Jadi, sebuah kata yang pada suatu waktu dulu bermakna ‘A’, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa bermakna ‘B’, dan pada suatu waktu kelak mungkin bermakna ‘C’ atau bermakna ‘D’. Sebagai contoh kita lihat kata sastra yang paling tidak telah tiga kali mengalami perubahan makna. Pada mulanya kata sastra ini bermakna ‘tulisan’ atau ‘huruf’; lalu berubah menjadi bermakna ‘buku’; kemudian berubah lagi menjadi bermakna ‘buku yang baik isinya dan baik bahasanya’; dan sekarang yang disebut karya sastra adalah karya yang bersifat imaginatif kreatif. Karya- karya yang bukan imaginatif kreatif seperti buku sejarah, buku agama, dan buku matematika, bukan merupakan karya sastra.
Pernyataan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis dapat berubah menyiratkan pula pengertian bahwa tidak setiap kata maknanya harus atau akan berubah secara diakronis. Banyak kata yang maknanya sejak dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Malah jumlahnya mungkin lebih banyak daripada yang berubah atau pernah berubah.
1.2  Masalah
           Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam pembahasan makalah  ini sebagai berikut :
1.    Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan makna ?
2.    Apa sajakah wujud atau macam perubahan makna ?


BAB II PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Perubahan Makna
            Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan social yang disebabkan oleh peperangan, perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan factor- factor lainnya. Perubahan semantik atau perubahan makna tersebut tentu saja dapat ditinjau dari berbagai segi. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan perhatian para siswa terhadap telaah kata yang ada kaitannya dengan perubahan makna ini. Menurut para ahli ada enam jenis perubahan makna yaitu:
1.      Generalisasi atau perluasan.
2.      Spesialisasi atau pengkususan, penyempitan.
3.      Ameliorasi atau peninggian.
4.      Peyorasi atau penurunan
5.      Sinestesia atau pertukaran
6.      Asosiasi atau persamaan/
(Dale,1971:2110-2;Keraf, 1980:130-1-1;dan Tarigan, 1985:160-163)   
2.2 Tentang Perkembangan dan Perubahan Makna
            Bentuk ketatabahasaan dapat pula mengalami perkembangan, pergeseran atau bahkan perubahan makna. Perkembangan, pergeseran dan perubahan makna dapat terjadi secara (1) meluas, yakni bila suatu bentuk kebahasaan mengalami berbagai penambahan makna yang keseluruhannya digunakan secara umum. (2)menyempit, yakni apabila makna suatu kata semakin memiliki spesifikasi ataupun spesialisasi.
            Makna kata juga dapat mengalami perubahan akibat adanya sikap dan penilaian tertentu masyarakat pemakainya. Dalam hal ini makna dapat mengalami adanya (1) degradasi atau peyorasi, yakni apabila makna suatu kata akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau memiliki konotasi negatif. (2) elevasi atau ameliorasi, yakni bila suatu kata memiliki makna yang memiliki nilai namun konotasi lebih baik dari makna sebelumnya.
            Kata- kata yang dapat mengalami perkembangan, pergeseran maupun perubahan makna umumnya terbatas pada bentuk full words atau otosemantik, yakni kata yang lebih mengandung makna penuh.sedangkan untuk bentuk form words atau sinsemantik, yakni kata-kata yang memiliki makna setelah digabungkan dengan bentuk atau kata lainnya, hanya mengalami peningkatan atau mngkin penutunan dalam frekuensi pemakaian.
            Apabila dikaji pergeseran, perkembangan maupun perubahan makna tersebut dilatari oleh unsure penyebab tertentu. Beberapa diantara latar penyebab perubahan makna itu sebagai berikut:
1.      Akibat ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa
2.      Akibat adanya proses gramatik
3.      Sifat generikata
4.      Akibat adanya sspesifikasi ataupun spesialisasi
5.      Akibat unsure kesejarahan
6.      Factor emotif
7.      Tabu bahasa (Aminuddin, 2011: 130-133)

2.3  Sebab- Sebab Perubahan

2.3.1     Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi
            Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Perubahan makna kata sastra dan makna ‘tulisan’ sampai pada makna ‘karya imaginatif’ adalah salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan makna kata sastra itu berubah. Pandangan baru atau teori barulah yang menyebabkan kata sastra yang tadinya bermakna buku yang baik isinya dan baik bahasanya ‘menjadi berarti’ karya yang bersifat imaginatif kreatif.
2.3.2     Perkembangan Sosial dan Budaya
            Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna. Di sini sama dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya bermakna ‘A’, lalu berubah menjadi bermakna ‘B’ atau ‘C’ jadi, bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Misalnya kata saudara dalam bahasa Sansakerta bermakna ‘seperut’ atau ‘satu kandungan’. Kini kata saudara, walaupun masih juga digunakan dalam arti ‘orang yang lahir dari kandungan yang sama’ seperti dalam kalimat Saya mempunyai seorang saudara di sana, tetapi digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama. Misalnya dalam kalimat Surat Saudara sudah saya terima, atau kalimat Dimana Saudara dilahirkan ?.
2.3.3     Perbedaan Bidang Pemakaian
           Dalam bagian yang lalu sudah dibicarakan bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut. Umpamanya dalam bidang pertanian ada kata- kata benih, menuai, panen menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk, dan hama. Dalam bidang pendidikan formal di sekolah ada kata- kata murid, guru, ujian, menyalin, menyontek, membaca, dan menghapal.
           Kata- kata yangt menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari- hari dapat terbantu dari bidangnya dan digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki makna baru atau makna lain di samping makna aslinya (makna yang berlaku dalam bidangnya). Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya, seperti tampak dalam frase menggarap sawah, tanah garapan, dan petani penggarap, kini banyak juga digunakan dalam bidang- bidang lain dengan makna ‘mengerjakan’ seperti tampak digunakan dalam frase menggarap skripsi, menggarap usul para anggota, menggarap generasi muda, dan menggarap naskah drama.
2.3.4     Adanya Asosiasi
            Kata- kata yang digunakan di luar bidangnya, seperti dibicarakan di atas masih ada hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan dalam bidang asalnya. Umpamanya kata mencatut yang berasal dari bidang atau lingkungan perbengkelan dan pertukangan mempunyai makna bekerja dengan menggunakan catut. Dengan menggunakan catut ini maka pekerjaan yang dilakukan, misalnya mencabut paku, menjadi dapat dilakukan dengan mudah. Oleh karena itu, kalau digunakan dalam frase seperti mencatut karcis akan memiliki makna ‘memperoleh keuntungan dengan mudah melalui jual beli karcis’.
           Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang yang lain, di sini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Umpamanya kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat- menyurat, makna asalnya adalah ‘sampul surat’. Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan surat tetapi bisa pula dimasukkan benda lain, misalnya uang. Oleh karena itu, dalam kalimat beri saja amplop maka urusan pasti beres, kata amplop di situ bermakna ‘uang’ sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau tidak berisi apa- apa melainkan berisi uang sebagai sogokan.
           Asosiasi antara amplop dengan uang ini adalah berkenaan dengan wadah. Jadi, menyebut wadahnya yaitu amplop tetapi yang dimaksud adalah isinya, yaitu uang.
2.3.5     Pertukaran Tanggapan Indra.
           Alat indra kita yang lima sebenarnya sudah mempunyai tugas-tugas tertentu untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Umpamanya rasa pahit, getir, dan manis harus ditanggap oleh alat perasa lidah. Rasa panas, dingin, dan sejuk harus ditanggap oleh alat perasa pada kulit. Gejala yang berkenaan dengan cahaya seperti terang, gelap, dan remang- remang harus ditanggap dengan alat indra mata; sedangkan yang berkenaan dengan bau harus ditanggap dengan alat indra penciuman, yaitu hidung.
           Namun, dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indra yang satu dengan indra lain. Rasa pedas, misalnya, yang seharusnya ditanggap oleh alat indra perasa pada lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indra pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Keadaan ini, pertukaran alat indra penanggap, biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa yunani sun artinya ‘sama’ dan aisthetikas artinya ‘tampak’.
2.3.6 Perbedaan Tanggapan
            Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang teteap. Namun, karena panadangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang rendah (peyoratif), kurang menyenangkan. Disamping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang tinggi (amelioratif), atau yang mengenakkan.


2.3.7 Adanya Penyingkatan
            Dalam bahasa Indonessia ada bsejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan sevara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu maka kemudian orang lebih banyak menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentuk utuhnya. Misalnya kalau dikatakan Ayahnya meninggal tentu maksudnya adalah meninggal dunia. Jadi, meninggal adalah bentuk singkata dari ungkapan meninggal dunia.
            Kalau disimak sebetulnya dalam khusus penyingkatan bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh (panjang) disingkat menjadi bentuk tidak utuh yang pendek. Gejala penyingkatan ini bisa terjadi pula pada bentuk-bentuk yang sudah dipendek  kan seperti AMD adalah singkatan dari Abri Masuk Desa; dan Abri itu sendiri adalah kependekkan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
            Begitu banyaknya kependekkan ini sehingga banyak orang yang tidak tahu lagi bagaimana bentuk utuhnya, seperti radar, nilon, tilang.
2.3.8 Proses Gramatikal
            Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (pengubahan kata) akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal. Jadi, tidaklah dapat dikatakan kalau dalam hal ini telah terjadi perubahan makna sebab yang terejadi adalah proses gramatikal dan proses gramatikal itu telah “melahirkan” makna-makna gramatikal.


2.3.9 Pengembangan Istilah
            Salah satu upaya dalam pengemabangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosa kata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan makna tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru sama sekali.
2.4  Jenis Perubahan
2.4.1 Meluas
            Yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah ‘makna’, tapi kemudiankarena berbagai fgaktor menjadi memiliki makna-makna lain.
2.4.2 Menyempit
            Yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya, kata sarjana yang pada mulanya berarti ‘orang pandai’ atau ‘cendikiawan’, kemudian hanya berarti oarang yang lulus dari perguruan tinggi.
2.4.3 Perubahan Total
            Yang dimaksud dengan perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya nampaknya sudah jauh sekali. Misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti ‘cerewet’ atau ‘banyak cakap’ tetapi ini berarti ‘pidato atau uraian’ mengenai sesuatu hal yang disampaikan di depan orang banyak.

2.4.4 Penghalusan (Eufemia)
            Dalam pembicaraan mengenai penghalusan ini kita berhadapan dengan gejala ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna kata yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan kecenderungan utuk menghaluskan makna kata tanpaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Gejala penghalusan makna ini bukan barang baru dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang dulu yang karena kepercayaan atau sebab-sebab lainnya akan mengganti kata buaya atau harimau dengan kata nenek; mengganti kat ular dengan kata akar atau oyod.
2.4.5 Pengasaran
            Yang disebut dengan perubahan pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan. Namun, banyak juga kata yang sebenarnaya bernilai kasar tetapi sengaja digunakan untuk lebih memberi tekakanan tetapi tanpa terasa kekasarannya. (Abdul Chaer, 2009:130-145)







BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan social yang disebabkan oleh peperangan, perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan factor- factor lainnya. Perubahan semantik atau perubahan makna tersebut tentu saja dapat ditinjau dari berbagai segi. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan perhatian para siswa terhadap telaah kata yang ada kaitannya dengan perubahan makna ini. Menurut para ahli ada enam jenis perubahan makna yaitu:
1.      Generalisasi atau perluasan.
2.      Spesialisasi atau pengkususan, penyempitan.
3.      Ameliorasi atau peninggian.
4.      Peyorasi atau penurunan
5.      Sinestesia atau pertukaran
6.      Asosiasi atau persamaan
3.2 Saran
      Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,namun apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun isi dari makalah yang kami susun. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.




DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, 2011, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung. Sinar Baru Algesindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung. Angkasa.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta