Gudang Karyaayu
Rabu, 16 April 2014
Jumat, 22 Maret 2013
A. Perubahan Makna
Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan sosial yang disebabkan oleh perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan fakto-faktor lainnya. Jadi perubahan makna itu dapat terjadi karena berbagai faktor yang dapat menyebabkan makna menjadi berubah. Selain itu perubahan makna dapat ditinjau dari berbagai segi.
Jenis-jenis Perubahan yaitu:
1. Generalisasi
Generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang khusus kepada yang lebih umum atau dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Maksudnya cakupan makna pada masa kini lebih luas daripada makna masa lalu
Contohnya:
• Pada hari Raya Idul Fitri semua anak di desa itu memakai baju baru.
Baju di sini berarti pakaian, baju, celana, kain sarung, kopiah, rok dan lain-lainya. Pada mulanya baju dahulu berarti kain penutup badan dari pinggang sampai leher. Jadi, pada contoh ini mengalami perluasan makna yang pada mulanya kata baju berarti penutup badan dari pinggang sampai leher menjadi pakaian, baju, celana, kain sarung, kopiah, rok dan lain-lainya.
• Kata beliau yang dulu digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, tapi sekarang digunakan untuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya.
• Kata putra pada masa dulu adalah anak laki-laki raja, tapi pada masa kini adalah semua anak laki-laki. Kata Jadi, pada contoh ini mengalami perluasan makna pada mulanya kata putra adalah anak laki-laki raja namun sekarang putra adalah semua anak laki-laki.
2. Spesialisasi
Proses spesialisasi penyempitan mengacu pada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya.
Contohnya:
• kata ilmuan yang biasa digunakan untuk orang pandai atau cendikiawan, namun sekarang digunakan untuk penemu atau profesor.
• Ibu sedang mencari pembantu.
Pembantu di sini berarti babu atau pembantu rumah tangga, yang pada mulanya pembantu berarti semua orang yang memberi bantuan. Jadi, dalam cantoh ini mengalami penyempitan makna dari pembantu yang pada mulanya berarti semua orang yang memberi bantuan menjadi babu atau pembantu rumah tangga.
3. Ameliorasi
Ameliorasi adalah membuat kata menjadi lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun, lebih halus. Maksudnya perubahan amelioratif mengacu pada peningkatan makna kata, makna baru yang dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya daripada makna dulu, dengan kata lain ameliorasi ini maksudnya adalah penghalusan makna kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata.
Contoh:
• Kata melahirkan lebih baik dan lebih hormat daripada kata beranak.
Maksudnya, kata melahirkan itu lebih sopan untuk manusia daripada kata beranak yang biasa digunakan untuk hewan.
• kata maling kini pencuri.
• kata tua kini lanjut usia.
4. Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah daripada makna semula. Jadi peyorasi ini maksudnya adalah perubahan makna kata dari yang baik menjadi lebih buruk atau jelek, dengan kata lain pengkasaran dan kurang sopannya makna kata dari kata yang halus menjadi lebih kasar. Peyorasi ini kebalikan dari ameliorasi.
Contohnya:
Kata halus: kata kasar:
Istri bini
Saya gue/gua
Hamil bunting
5. Sintesia
Sintesia adalah jenis perubahan makna yang terjadi sebagai akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda. Misalnya , pertukaran indra penglihatan dengan indra pendengaran dan lain sebagainya sehingga maknanya berubah.
Contoh:
• Suara Ani sedap didengar.
Maksudnya, seharusnya kata sedap itu dialami oleh indra perasa bukan oleh indra pendengaran. Inilah yangmengalami perubahan.
6. Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat. Maksudnya, pada perubahan ini selalu menggunakan persamaan ataupun menggunakan istilah.
Contoh:
• Ibu naik Merpati ke Jakarta kemarin.
Maksudnya, kata merpati ( yang bermakna burung) diasosiasikan dengan pesawat udara Merpati Airlines.
• Kalau mau cepat selesai urusannya maka berikan amplop pada petugas secapatnya.
Maksudnya, kata amplop diasosiasikan dengan sogok atau suap.
Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan sosial yang disebabkan oleh perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan fakto-faktor lainnya. Jadi perubahan makna itu dapat terjadi karena berbagai faktor yang dapat menyebabkan makna menjadi berubah. Selain itu perubahan makna dapat ditinjau dari berbagai segi.
Jenis-jenis Perubahan yaitu:
1. Generalisasi
Generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang khusus kepada yang lebih umum atau dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Maksudnya cakupan makna pada masa kini lebih luas daripada makna masa lalu
Contohnya:
• Pada hari Raya Idul Fitri semua anak di desa itu memakai baju baru.
Baju di sini berarti pakaian, baju, celana, kain sarung, kopiah, rok dan lain-lainya. Pada mulanya baju dahulu berarti kain penutup badan dari pinggang sampai leher. Jadi, pada contoh ini mengalami perluasan makna yang pada mulanya kata baju berarti penutup badan dari pinggang sampai leher menjadi pakaian, baju, celana, kain sarung, kopiah, rok dan lain-lainya.
• Kata beliau yang dulu digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, tapi sekarang digunakan untuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya.
• Kata putra pada masa dulu adalah anak laki-laki raja, tapi pada masa kini adalah semua anak laki-laki. Kata Jadi, pada contoh ini mengalami perluasan makna pada mulanya kata putra adalah anak laki-laki raja namun sekarang putra adalah semua anak laki-laki.
2. Spesialisasi
Proses spesialisasi penyempitan mengacu pada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya.
Contohnya:
• kata ilmuan yang biasa digunakan untuk orang pandai atau cendikiawan, namun sekarang digunakan untuk penemu atau profesor.
• Ibu sedang mencari pembantu.
Pembantu di sini berarti babu atau pembantu rumah tangga, yang pada mulanya pembantu berarti semua orang yang memberi bantuan. Jadi, dalam cantoh ini mengalami penyempitan makna dari pembantu yang pada mulanya berarti semua orang yang memberi bantuan menjadi babu atau pembantu rumah tangga.
3. Ameliorasi
Ameliorasi adalah membuat kata menjadi lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun, lebih halus. Maksudnya perubahan amelioratif mengacu pada peningkatan makna kata, makna baru yang dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya daripada makna dulu, dengan kata lain ameliorasi ini maksudnya adalah penghalusan makna kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata.
Contoh:
• Kata melahirkan lebih baik dan lebih hormat daripada kata beranak.
Maksudnya, kata melahirkan itu lebih sopan untuk manusia daripada kata beranak yang biasa digunakan untuk hewan.
• kata maling kini pencuri.
• kata tua kini lanjut usia.
4. Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah daripada makna semula. Jadi peyorasi ini maksudnya adalah perubahan makna kata dari yang baik menjadi lebih buruk atau jelek, dengan kata lain pengkasaran dan kurang sopannya makna kata dari kata yang halus menjadi lebih kasar. Peyorasi ini kebalikan dari ameliorasi.
Contohnya:
Kata halus: kata kasar:
Istri bini
Saya gue/gua
Hamil bunting
5. Sintesia
Sintesia adalah jenis perubahan makna yang terjadi sebagai akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda. Misalnya , pertukaran indra penglihatan dengan indra pendengaran dan lain sebagainya sehingga maknanya berubah.
Contoh:
• Suara Ani sedap didengar.
Maksudnya, seharusnya kata sedap itu dialami oleh indra perasa bukan oleh indra pendengaran. Inilah yangmengalami perubahan.
6. Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat. Maksudnya, pada perubahan ini selalu menggunakan persamaan ataupun menggunakan istilah.
Contoh:
• Ibu naik Merpati ke Jakarta kemarin.
Maksudnya, kata merpati ( yang bermakna burung) diasosiasikan dengan pesawat udara Merpati Airlines.
• Kalau mau cepat selesai urusannya maka berikan amplop pada petugas secapatnya.
Maksudnya, kata amplop diasosiasikan dengan sogok atau suap.
Jumat, 15 Maret 2013
1 Perubahan Makna
Perubahan semantik atau
perubahan makna seringkali bersamaan dengan perubahan sosial yang disebabkan
oleh perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi,
budaya, dan fakto-faktor lainnya. Jadi perubahan makna itu dapat terjadi karena
berbagai faktor yang dapat menyebabkan makna menjadi berubah. Selain itu
perubahan makna dapat ditinjau dari berbagai segi.
Ada banyak unsur
yang mempengaruhi perubahan makna, namun di sini penulis hanya membahas
2 saja. Unsur-unsur penyebab perubahan makna antara lain:
1. Akibat
ciri dasar yang dimiliki oleh unsure internal bahasa
Kolokasi yang sangat ketat antara Teh dengan minuman. Misalnya, menyebabkan adanya perkembangan
makna kata teh itu sendiri, selain mengacu pada “daun”, juga mengacu pada
“serbuk” dan minuman.
2. Akibat
adanya proses gramatik
Contoh: kata ibu,
akibat dari mengalami relasigramatik dengan kota, akhirnya tidak menunjuk pada
“perempuan” tetapi pada tempat atau daerah.
Biasanya kata ibu
digunakan untuk panggilan orang tua perempuan di Desa atau Kampung.
Ada banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata, sebab-sebab terjadinya
perubahan makna yaitu:
1. Perkembangan
dalam Ilmi dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang IPTEK menyebabkan
terjadinya perubahan makna, dalam hal ini mengandung konsep makna yang
sedarhana.
Cantohnya: Kata telepon sekarang sudah berganti menjadi
HP (Hand Phone) hal ini terjadi karena
sebagai akibat dari perkembangan teknologi, telepon umum biasanya digunakan
untuk umum yang disebut dengan Wartel atau telepon rumah. Jadi, seiring dengan
kemajuan teknologi kata juga dapat berubah walaupun kata telepon dan HP adalah
suatu yang berbeda tapi keduanya sama-sama merupakan alat komunikasi jarak jauh.
2. Perkembangan
Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang sosial
kemasyarakatan juga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna sama halnya dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Contohnya: kata saudara dalam
bahasa sansekerta bermakna ‘seperut’ atau ‘satu kandungan’. Tetapi kini kata
saudara bukan hanya bermakna ‘orang yang dilahirkan dari satu kandungan yang
sama’ tetapi digunakan untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap
sederajat atau berstatus social yang sama dengan dia.
3. Perbedaan
dalam Bidang Pemakaian
Dalam bidang kehidupan atau
kegiatan memiliki kosa kata tersendiri yang hanya digunakan dalam makna
tertentu dalam bidang tersebut.
Contohnya: dalam bidang ilmu
kesehatan ada kata-kata dokter, suster, perawat, apotek, obat, opnam diaknosa,
infus, pasien, koma, penyakit, rumah sakit. Jadi, kata-kata dalam bidang ini
hanya ada dalam bidang kesehatan.
4. Adanya
Asosiasi
Ada perbedaan yang terjadi sebagai akibat pengguna dalam
bidang yang lain, di sini makna baru yang muncul berkaitan dengan hal/peristiwa
lain yang berkenaan dengan kata terebut.
Contohnya:Asosiasi antara dompet dengan uang. Maksudnya isinya yaitu
uang.
Asosiasi yang berkenaan
dengan waktu, misalnya peringatan 17 Agustus. Maksudnya peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Karenahari
kemerdekaan jatuh pada tanggal 17
Agustus.
5. Pertukaran
Indra
Contohnya: Rasa pedas seharusnya
ditangkap oleh indra perasa pada lidah, tertukar menjadi ditangkap oleh indra
pendengaran dalam ujaran kata-kata yang cukup pedas. Istilah pertukaran ini
disebut dengan sinestesia.
6. Perbedaan
Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata
yang sebenarnya secara sinkronis mempunyai makna leksikal yang tetap. Hal ini
sering disebut peyoratif dan amelioratif.
Contohnya: kata bunting, mati dianggap peyoratif, namun
kata hamil, meninggal dianggap
amelioratif.
7. Adanya
Penyingkatan
Contohnya: Ortu sudah pasti
mengetahui maksudnya yaitu orang tua.
Jenis-jenis Perubahan yaitu:
1. Meluas
Contohnya: Kata beliau yang dulu
digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, tapi sekarang digunakan
untuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya.
2. Menyempit
Contohnya: kata ilmuan yang biasa
digunakan untuk orang pandai atau cendikiawan, namun sekarang digunakan untuk
penemu atau professor.
3. Perubahan
Total
Contohnya: kata sigap dan rajin
sekarang berubah menjadi terampil.
4. Penghalusa
(ufemia)
Kata yang bermakna kasar berubah
menjadi halus dalam penggunaan kata.
Contohnya: kata maling kini
pencuri, kata tua kini lanjut usia.
5. Pengasaran
Kata yang mengalami perubahan makna
dari halus ke kasar.
Contohnya: kata menendang yang
sebenarnya mengeluarkan.
Senin, 04 Maret 2013
Perubahan Makna
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
pembicaraan terdahulu sudah disebutkan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis
tidak akan berubah. Pernyataan ini menyiratkan juga pengertian bahwa kalau
secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan berubah maka secara diakronis ada
kemungkinan bisa berubah. Jadi, sebuah kata yang pada suatu waktu dulu bermakna
‘A’, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa bermakna ‘B’, dan pada suatu waktu
kelak mungkin bermakna ‘C’ atau bermakna ‘D’. Sebagai contoh kita lihat kata sastra yang paling tidak telah tiga kali
mengalami perubahan makna. Pada mulanya kata sastra ini bermakna ‘tulisan’ atau ‘huruf’; lalu berubah menjadi
bermakna ‘buku’; kemudian berubah lagi menjadi bermakna ‘buku yang baik isinya
dan baik bahasanya’; dan sekarang yang disebut karya sastra adalah karya yang
bersifat imaginatif kreatif. Karya- karya yang bukan imaginatif kreatif seperti
buku sejarah, buku agama, dan buku matematika, bukan merupakan karya sastra.
Pernyataan
bahwa makna sebuah kata secara sinkronis dapat berubah menyiratkan pula
pengertian bahwa tidak setiap kata maknanya harus atau akan berubah secara
diakronis. Banyak kata yang maknanya sejak dulu sampai sekarang tidak pernah
berubah. Malah jumlahnya mungkin lebih banyak daripada yang berubah atau pernah
berubah.
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis
kemukakan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam pembahasan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan
terjadinya perubahan makna ?
2. Apa
sajakah wujud atau macam perubahan makna ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perubahan Makna
Perubahan semantik atau perubahan
makna seringkali bersamaan dengan perubahan social yang disebabkan oleh
peperangan, perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
ekonomi, budaya, dan factor- factor lainnya. Perubahan semantik atau perubahan
makna tersebut tentu saja dapat ditinjau dari berbagai segi. Untuk menumbuhkan
dan mengembangkan perhatian para siswa terhadap telaah kata yang ada kaitannya
dengan perubahan makna ini. Menurut para ahli ada enam jenis perubahan makna
yaitu:
1. Generalisasi
atau perluasan.
2. Spesialisasi
atau pengkususan, penyempitan.
3. Ameliorasi
atau peninggian.
4. Peyorasi
atau penurunan
5. Sinestesia
atau pertukaran
6. Asosiasi
atau persamaan/
(Dale,1971:2110-2;Keraf,
1980:130-1-1;dan Tarigan, 1985:160-163)
2.2 Tentang Perkembangan dan
Perubahan Makna
Bentuk
ketatabahasaan dapat pula mengalami perkembangan, pergeseran atau bahkan
perubahan makna. Perkembangan, pergeseran dan perubahan makna dapat terjadi
secara (1) meluas, yakni bila suatu bentuk kebahasaan mengalami berbagai
penambahan makna yang keseluruhannya digunakan secara umum. (2)menyempit, yakni
apabila makna suatu kata semakin memiliki spesifikasi ataupun spesialisasi.
Makna kata juga dapat mengalami
perubahan akibat adanya sikap dan penilaian tertentu masyarakat pemakainya.
Dalam hal ini makna dapat mengalami adanya (1) degradasi atau peyorasi, yakni
apabila makna suatu kata akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau memiliki
konotasi negatif. (2) elevasi atau ameliorasi, yakni bila suatu kata memiliki
makna yang memiliki nilai namun konotasi lebih baik dari makna sebelumnya.
Kata- kata yang dapat mengalami
perkembangan, pergeseran maupun perubahan makna umumnya terbatas pada bentuk
full words atau otosemantik, yakni kata yang lebih mengandung makna
penuh.sedangkan untuk bentuk form words atau sinsemantik, yakni kata-kata yang
memiliki makna setelah digabungkan dengan bentuk atau kata lainnya, hanya
mengalami peningkatan atau mngkin penutunan dalam frekuensi pemakaian.
Apabila dikaji pergeseran,
perkembangan maupun perubahan makna tersebut dilatari oleh unsure penyebab
tertentu. Beberapa diantara latar penyebab perubahan makna itu sebagai berikut:
1. Akibat
ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa
2. Akibat
adanya proses gramatik
3. Sifat
generikata
4. Akibat
adanya sspesifikasi ataupun spesialisasi
5. Akibat
unsure kesejarahan
6. Factor
emotif
7. Tabu
bahasa (Aminuddin, 2011: 130-133)
2.3 Sebab- Sebab Perubahan
2.3.1 Perkembangan
dalam Ilmu dan Teknologi
Perkembangan
dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya
mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan
walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari
pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam
perkembangan teknologi. Perubahan makna kata sastra dan makna ‘tulisan’ sampai
pada makna ‘karya imaginatif’ adalah salah satu contoh perkembangan bidang
keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan
makna kata sastra itu berubah. Pandangan baru atau teori barulah yang
menyebabkan kata sastra yang tadinya bermakna buku yang baik isinya dan baik
bahasanya ‘menjadi berarti’ karya yang bersifat imaginatif kreatif.
2.3.2 Perkembangan
Sosial dan Budaya
Perkembangan
dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan
makna. Di sini sama dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan dalam
bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya bermakna ‘A’, lalu
berubah menjadi bermakna ‘B’ atau ‘C’ jadi, bentuk katanya tetap sama tetapi
konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Misalnya kata saudara dalam bahasa Sansakerta bermakna
‘seperut’ atau ‘satu kandungan’. Kini kata saudara,
walaupun masih juga digunakan dalam arti ‘orang yang lahir dari kandungan yang
sama’ seperti dalam kalimat Saya
mempunyai seorang saudara di sana, tetapi digunakan juga untuk menyebut
atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang
sama. Misalnya dalam kalimat Surat
Saudara sudah saya terima, atau kalimat Dimana
Saudara dilahirkan ?.
2.3.3 Perbedaan
Bidang Pemakaian
Dalam bagian yang lalu
sudah dibicarakan bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata
tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang
tersebut. Umpamanya dalam bidang pertanian ada kata- kata benih, menuai, panen menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk,
dan hama. Dalam bidang pendidikan
formal di sekolah ada kata- kata murid,
guru, ujian, menyalin, menyontek, membaca, dan menghapal.
Kata- kata yangt
menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian
sehari- hari dapat terbantu dari bidangnya dan digunakan dalam bidang lain atau
menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki
makna baru atau makna lain di samping makna aslinya (makna yang berlaku dalam
bidangnya). Misalnya kata menggarap
yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya, seperti
tampak dalam frase menggarap sawah, tanah
garapan, dan petani penggarap,
kini banyak juga digunakan dalam bidang- bidang lain dengan makna ‘mengerjakan’
seperti tampak digunakan dalam frase menggarap
skripsi, menggarap usul para anggota, menggarap generasi muda, dan menggarap naskah drama.
2.3.4 Adanya
Asosiasi
Kata- kata yang
digunakan di luar bidangnya, seperti dibicarakan di atas masih ada hubungan
atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan dalam bidang asalnya.
Umpamanya kata mencatut yang berasal
dari bidang atau lingkungan perbengkelan dan pertukangan mempunyai makna
bekerja dengan menggunakan catut. Dengan menggunakan catut ini maka pekerjaan
yang dilakukan, misalnya mencabut paku, menjadi dapat dilakukan dengan mudah.
Oleh karena itu, kalau digunakan dalam frase seperti mencatut karcis akan memiliki makna ‘memperoleh keuntungan dengan
mudah melalui jual beli karcis’.
Agak berbeda dengan
perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang yang lain,
di sini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain
yang berkenaan dengan kata tersebut. Umpamanya kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat- menyurat,
makna asalnya adalah ‘sampul surat’. Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan surat tetapi bisa pula
dimasukkan benda lain, misalnya uang. Oleh karena itu, dalam kalimat beri saja amplop maka urusan pasti beres,
kata amplop di situ bermakna ‘uang’
sebab amplop yang dimaksud bukan
berisi surat atau tidak berisi apa- apa melainkan berisi uang sebagai sogokan.
Asosiasi antara amplop dengan uang ini adalah berkenaan dengan wadah. Jadi, menyebut wadahnya
yaitu amplop tetapi yang dimaksud
adalah isinya, yaitu uang.
2.3.5 Pertukaran
Tanggapan Indra.
Alat
indra kita yang lima sebenarnya sudah mempunyai tugas-tugas tertentu untuk
menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Umpamanya rasa pahit, getir,
dan manis harus ditanggap oleh alat perasa lidah. Rasa panas, dingin, dan sejuk
harus ditanggap oleh alat perasa pada kulit. Gejala yang berkenaan dengan
cahaya seperti terang, gelap, dan remang- remang harus ditanggap dengan alat
indra mata; sedangkan yang berkenaan dengan bau harus ditanggap dengan alat
indra penciuman, yaitu hidung.
Namun, dalam penggunaan
bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indra yang satu dengan
indra lain. Rasa pedas, misalnya, yang seharusnya ditanggap oleh alat indra
perasa pada lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indra pendengaran
seperti tampak dalam ujaran kata-katanya
cukup pedas. Keadaan ini, pertukaran alat indra penanggap, biasa disebut
dengan istilah sinestesia. Istilah
ini berasal dari bahasa yunani sun
artinya ‘sama’ dan aisthetikas artinya ‘tampak’.
2.3.6
Perbedaan Tanggapan
Setiap
unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna
leksikal yang teteap. Namun, karena panadangan hidup dan ukuran dalam norma
kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa
yang rendah (peyoratif), kurang menyenangkan. Disamping itu ada juga yang
menjadi memiliki nilai rasa yang tinggi (amelioratif), atau yang mengenakkan.
2.3.7
Adanya Penyingkatan
Dalam
bahasa Indonessia ada bsejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan
maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan sevara keseluruhan orang sudah
mengerti maksudnya. Oleh karena itu maka kemudian orang lebih banyak
menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentuk utuhnya. Misalnya
kalau dikatakan Ayahnya meninggal tentu maksudnya adalah meninggal dunia. Jadi,
meninggal adalah bentuk singkata dari ungkapan meninggal dunia.
Kalau
disimak sebetulnya dalam khusus penyingkatan bukanlah peristiwa perubahan makna
yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan
bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh (panjang) disingkat menjadi bentuk
tidak utuh yang pendek. Gejala penyingkatan ini bisa terjadi pula pada
bentuk-bentuk yang sudah dipendek kan
seperti AMD adalah singkatan dari Abri Masuk Desa; dan Abri itu sendiri adalah
kependekkan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Begitu
banyaknya kependekkan ini sehingga banyak orang yang tidak tahu lagi bagaimana
bentuk utuhnya, seperti radar, nilon,
tilang.
2.3.8
Proses Gramatikal
Proses
gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (pengubahan kata) akan
menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi
sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai
hasil proses gramatikal. Jadi, tidaklah dapat dikatakan kalau dalam hal ini
telah terjadi perubahan makna sebab yang terejadi adalah proses gramatikal dan
proses gramatikal itu telah “melahirkan” makna-makna gramatikal.
2.3.9
Pengembangan Istilah
Salah
satu upaya dalam pengemabangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan
memanfaatkan kosa kata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna
baru, entah dengan menyempitkan makna tersebut, meluaskan, maupun memberi arti
baru sama sekali.
2.4 Jenis Perubahan
2.4.1
Meluas
Yang
dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah
kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah ‘makna’, tapi
kemudiankarena berbagai fgaktor menjadi memiliki makna-makna lain.
2.4.2
Menyempit
Yang
dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata
yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi
terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya, kata sarjana yang pada mulanya
berarti ‘orang pandai’ atau ‘cendikiawan’, kemudian hanya berarti oarang yang
lulus dari perguruan tinggi.
2.4.3
Perubahan Total
Yang
dimaksud dengan perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata
dan makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih
ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya nampaknya sudah
jauh sekali. Misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti ‘cerewet’ atau ‘banyak
cakap’ tetapi ini berarti ‘pidato atau uraian’ mengenai sesuatu hal yang disampaikan
di depan orang banyak.
2.4.4
Penghalusan (Eufemia)
Dalam
pembicaraan mengenai penghalusan ini kita berhadapan dengan gejala
ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna kata
yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan kecenderungan
utuk menghaluskan makna kata tanpaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat
bahasa Indonesia. Gejala penghalusan makna ini bukan barang baru dalam
masyarakat Indonesia. Orang-orang dulu yang karena kepercayaan atau sebab-sebab
lainnya akan mengganti kata buaya
atau harimau dengan kata nenek; mengganti kat ular dengan kata akar atau oyod.
2.4.5
Pengasaran
Yang
disebut dengan perubahan pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang
maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau
gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah
atau untuk menunjukkan kejengkelan. Namun, banyak juga kata yang sebenarnaya
bernilai kasar tetapi sengaja digunakan untuk lebih memberi tekakanan tetapi
tanpa terasa kekasarannya. (Abdul Chaer, 2009:130-145)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan semantik atau perubahan
makna seringkali bersamaan dengan perubahan social yang disebabkan oleh
peperangan, perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
ekonomi, budaya, dan factor- factor lainnya. Perubahan semantik atau perubahan
makna tersebut tentu saja dapat ditinjau dari berbagai segi. Untuk menumbuhkan
dan mengembangkan perhatian para siswa terhadap telaah kata yang ada kaitannya
dengan perubahan makna ini. Menurut para ahli ada enam jenis perubahan makna
yaitu:
1. Generalisasi
atau perluasan.
2. Spesialisasi
atau pengkususan, penyempitan.
3. Ameliorasi
atau peninggian.
4. Peyorasi
atau penurunan
5. Sinestesia
atau pertukaran
6. Asosiasi
atau persamaan
3.2 Saran
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin
dalam menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,namun apabila masih terdapat
kekurangan dalam penulisan maupun isi dari makalah yang kami susun. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin, 2011, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna.
Bandung. Sinar Baru Algesindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2009.
Pengajaran Semantik. Bandung.
Angkasa.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta. Rineka Cipta
Langganan:
Postingan (Atom)