Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik adalah kecaman yang seringkali disertai dengan pertimbangan baik buruk dan jalan keluar. Sastra merupakan karya tulis yang memiliki nilai seni. Oleh sebab itu, kritik sastra dapat diartikan sebagai kecaman terhadap karya tulis yang memiliki nilai seni yang seringkali disertai dengan pertimbangan baik buruk dan jalan keluar. Namun, kritik sastra juga dapat dimaknai sebagai suatu bentuk penyelidikan yang langsung berurusan dengan suatu karya sastra tertentu. Selain menimbang bernilai atau tidaknya suatu puisi, penyelidikan ini juga menjernihkan segala macam persoalan yang meliputi karya sastra itu dengan memberikan penafsiran, penjelasan, dan uraian (Hardjana, 1985:37).
Kritik sastra mampu menunjukkan nilai suatu karya tertentu secara tepat dan cemerlang, meniadakan persoalan-persoalan yang sulit dan rumit meliputi karya tersebut melalui penjelasan, uraian, bahkan penafsiran (Hardjana, 1985:43). Kerumitan-kerumitan yang dimaksud kurang pahamnya pembaca dalam menilai suatu karya sastra. Hal ini menyebabkan karya yang dinilai baik pun belum tentu mendapatkan sambutan yang baik pula dari pembaca. Disinilah fungsi dari kritik sastra. Apabila seorang kritikus mampu memberikan penjelasan mengenai metafora-metafora tertentu, simbol-simbol yang ada, ataupun makna di dalam suatu karya sastra, pembaca tentu akan lebih mudah untuk memahami karya sastra.
Dalam pembahasan kali ini, karya sastra yang dipilih adalah puisi dari Emha Ainun Nadjib yang berjudul Sesobek Buku Harian Indonesia. Karya sastra puisi dipilih karena puisi merupakan salah satu sajian sastra yang sering dinikmati oleh semua orang. Gaya bahasanya yang indah menjadi keistimewaan dari puisi. Puisi berisi ungkapan hati dari pengarangnya, baik dari pengamatan ataupun pengalaman pribadi. Dalam menilai sebuah puisi, pembaca tidak bisa sekadar menerka-nerka maksud dari puisi tersebut. Pembaca perlu mengkritik puisi dalam melakukan proses penilaiannya. Oleh karena itu, pembaca membutuhkan pendekatan yang sesuai untuk mengkritik puisi secara keseluruhan.
Puisi Karya Emha Ainun Najib
Sesobek Buku Harian Indonesia
Melihat pentas-pentas drama di negeriku
berjudul Pesta Darah di Jember
Menyerbu Negeri Hantu Putih di Solo,
Klaten, Semarang, Surabaya, dan Medan
Teror atas Gardu Pengaman Rakyat di Bandung
Woyla.
Ah, ingat ke hari kemarin
pentas sandiwara rakyat
yang berjudul Komando Jihad.
Ingat Malari.
Ingat berates pentas drama
yang naskahnya tak ketahuan
dan mata kita yang telanjang
dengan gampang dikelabui dan dijerumuskan.
Ah, drama-drama total
yang tanpa panggung
melainkan berlangsung di atas hamparan
kepala-kepala penonton.
Darah mengucur, kembang kematian.
Bau busuk air liur para sutradara licik
yang bersembunyi di hati mulia para rakyat
Drama peradaban yang bermain nyawa
mencumbu kemanusiaan
berkelakar secara rendahan kepada Tuhan.
Kita orang-orang yang amat lugu dan tak tahu
Pikiran disetir
Hidung dicocok dan disemprot parfum
Pantat disodok dan kita meringkik-ringkik
tanpa ada maknanya.
Kita yang terlalu polos dan pemaaf
beriuh rendah di antara kita sendiri
bagai anak-anak kecil yang sibuk dikasih petasan
kemudian tertidur lelap
sesudah disuapi sepotong kue bolu dan permen karet.
Ah, milik siapa tanah ini.
Milik siapa hutan-hutan yang ditebang.
Pasir timah dan kayu yang secara resmi diselundupkan
Milik siapa tambang-tambang
keputusan buat masa depan
Milik siapa tabungan alam
yang kini diboroskan habis-habisan
Milik siapa perubahan-perubahan
kepentingan dari surat-surat keputusan
Kita ini sendiri
milik siapakah gerangan.
Pernahkah kita sedikit saja memiliki
Lebih dari sekadar dimiliki, dan dimiliki.
Pernahkah kita sedikit saja menentukan
lebih dari sekadar ditentukan, dan ditentukan.
Yogya, 13 Maret 1982
Profil Penyair
Emha Ainun Nadjib (lahir di Djombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 57 tahun) adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung nafas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Dalam kesehariannya saat ini, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Emha_Ainun_Nadjib)
A. Analisis Puisi Berdasarkan Model Pendekatannya terhadap Karya Sastra
Berdasarkan model pendekatan terhadap karya sastra, kritik sastra digolongkan menjadi empat tipe:
1. Kritik Mimetik (Mimetic criticism)
Dalam buku ”Prinsip-prinsip Kritik Sastra”, menyebutkan bahwa kritik mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia luar dan kehidupan manusia. Kriteria yang utama dikenakan pada karya sastra adalah ”kebenaran” penggambarannya terhadap objek yang digambarkan atau hendak digambarkan (Pradopo, 2003:192). Dalam puisi Sesobek Buku Harian Indonesia, mimetik terlihat pada baris yang berbunyi:
melainkan berlangsung di atas hamparan
kepala-kepala penonton.
Darah mengucur, kembang kematian.
Bau busuk air liur para sutradara licik
yang bersembunyi di hati mulia para rakyat
Drama peradaban yang bermain nyawa
mencumbu kemanusiaan
berkelakar secara rendahan kepada Tuhan.
Kita orang-orang yang amat lugu dan tak tahu
Pikiran disetir
Hidung dicocok dan disemprot parfum
Pantat disodok dan kita meringkik-ringkik
Dalam baris puisi di atas, penyair menjelaskan tentang keadaan Indonesia dan masyarakatnya saat itu. Keadaan Indonesia yang diidentikan dengan drama peradapan yang bermain nyawa atau bisa dimaknai sebagai kejadian yang dibuat sedemikian rupa yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Penyair juga ingin mengungkapkan keadaan rakyat yang dengan mudah disetir oleh pemerintah, menuruti apa saja yang diperintahkan seperti istilah kerbau yang dicocok hidungnya.
Dilihat dari segi mimetiknya, puisi ini dianggap berkualitas baik karena diangkat dari suatu kenyataan. Puisi ini dibuat pada 13 Maret 1982, dimana pemerintahan Soeharto mempunyai kuasa yang tinggi terhadap nasib rakyat. Hal ini membuat rakyat menjadi tunduk dan patuh terhadap pemerintahan Soeharto karena merasa takut. Rakyat seakan tidak sadar diperlakukan selayaknya boneka dalam pemerintahan Orde Baru.
2. Kritik Pragmatik (pracmatic criticm)
Kritik ini memandang karya sastra sebagai sesuatu yang disusun yang mempunyai tujuan untuk mencapai efek-efek tertentu pada pembaca. Kritik pragmatik cenderung menimbang nilai karya sastra sesuai dengan keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut (Pradopo, 2007: 192). Dalam puisi ini, kritik prakmatik terdapat pada lima belas baris terakhir puisi.
Ah, milik siapa tanah ini.
Milik siapa hutan-hutan yang ditebang.
Pasir timah dan kayu yang secara resmi diselundupkan
Milik siapa tambang-tambang
keputusan buat masa depan
Milik siapa tabungan alam
yang kini diboroskan habis-habisan
Milik siapa perubahan-perubahan
kepentingan dari surat-surat keputusan
Kita ini sendiri
milik siapakah gerangan.
Pernahkah kita sedikit saja memiliki
Lebih dari sekadar dimiliki, dan dimiliki.
Pernahkah kita sedikit saja menentukan
lebih dari sekadar ditentukan, dan ditentukan.
Puisi Sesobek Buku Harian Indonesia ini memiliki tujuan untuk menggugah kesadaran pembaca terhadap realitas yang terjadi pada saat itu. Penyair menggunakan lima belas baris di akhir puisi untuk menyampaikan tujuannya tersebut. Dalam baris-baris itu, penyair menyebutkan berlimpahnya kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, pada saat Orde Baru banyaknya kekayaan itu disalahgunakan. Hutan-hutan ditebang, penyelundupan timah dan kayu, dan penyalahgunaan lainnya disebabkan oleh rakyat Indonesia itu sendiri. Mereka merasa bukan pemilik dari seluruh kekayaan itu sehingga tidak merasa pula punya kewajiban untuk menjaganya. Penyair menggugah kesadaran masyarakat Indonesia untuk memiliki kekayaan Indonesia dan menentukan nasib Indonesia. Dalam menentukan nasib Indonesia, penyair juga menggugah rakyat Indonesia untidak tunduk kepada pemerintahan Soeharto.
3. Kritik Ekspresif
Kritik ekspresif mendefinisikan puisi sebagai ekspresi, curahan, ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair. Kritik ini menghubungkan karya sastra dengan pengarang (Pradopo, 2003:192-193). Puisi Sesobek Buku Harian Indonesia merupakan refleksi dari Emha Ainun Najib dalam melihat realitas saat itu. Puisi ini dibuat ketika umurnya 29 tahun. Ia merupakan salah satu rakyat yang merasakan sendiri kesengsaraan Indonesia ketika negara tersebut dikuasai oleh Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto. Puisi ini menjadi bukti dari nasib Indonesia saat itu.
4. Kritik Objektif
Kritik ini menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair, pambaca, dan dunia sekitarnya. Kriteria utama dalam kritik objektif adalah kriteria intrinsik (Pradopo, 2003:193). Puisi karya Emha Ainun Najib ini terdiri dari 49 baris. Penyair menuliskan puisinya seakan bercerita. Dalam puisi ini, terdapat unsur berima:
Pernahkah kita sedikit saja memiliki
Lebih dari sekadar dimiliki, dan dimiliki.
Pernahkah kita sedikit saja menentukan
lebih dari sekadar ditentukan, dan ditentukan.
Selain itu, terdapat pula bahasa kiasan berupa:
Perbandingan
beriuh rendah di antara kita sendiri
bagai anak-anak kecil yang sibuk dikasih petasan
Metafora
Menyerbu Negeri Hantu Putih di Solo
Bau busuk air liur para sutradara licik
Hiperbola
berjudul Pesta Darah di Jember
Darah mengucur, kembang kematian.
Penyair mendominasi kata-kata dalam puisinya dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca.
B. Analisis Puisi Berdasarkan Bentuk dan Isinya
1. Berdasarkan Bentuknya
Puisi Sesobek Buku Harian Indonesia mempunyai 49 baris dengan bentuk yang seakan bercerita. Puisi ini tidak mempunyai ritme, tetapi mempunyai rima:
Pernahkah kita sedikit saja memiliki
Lebih dari sekadar dimiliki, dan dimiliki.
Pernahkah kita sedikit saja menentukan
lebih dari sekadar ditentukan, dan ditentukan.
Selain itu, juga memiliki bahasa kiasan
Perbandingan
beriuh rendah di antara kita sendiri
bagai anak-anak kecil yang sibuk dikasih petasan
baris ini membandingkan keadaan yang riuh rendah sama halnya dengan keramaian ketika anak-anak diberi petasan (sesuatu untuk dimainkan)
Metafora
Menyerbu Negeri Hantu Putih di Solo
Bau busuk air liur para sutradara licik
Metafora seperti julukan untuk menyebut seseorang atau sesuatu. Para sutradara licik merupakan julukan untuk pemerintah pada saat itu yang seenaknya mengatur rakyat.
Hiperbola
berjudul Pesta Darah di Jember
Darah mengucur, kembang kematian.
Imaji puisi ini terletak pada pencitraan yang diciptakan:
Citraan visual atau penglihatan dapat dilihat pada baris pertama
Melihat pentas-pentas drama di negeriku
Citraan penciuman terdapat pada
Bau busuk air liur para sutradara licik
Citraan gerak dalam puisi ini ada pada
Menyerbu Negeri Hantu Putih di Solo,
Namun, dari semua unsur yang ada unsur kata nyata yang mendominasi. Penyair menyebutkan kata-kata di puisinya secara konkrit dan bersifat umum sehingga pembaca mudah memahami isi dari puisi.
2. Berdasarkan Isinya
Puisi Sesobek Buku Harian Indonesia merupakan puisi yang mengkritik keadaan Indonesia dan rakyatnya dalam masa pemerintahan Orde Baru. Penyampaiannya menggunakan penganalogian pentas drama dalam kehidupan. Pemerintah diibaratkan sebagai sutradara yang licik. Penganalogian ini membantu pembaca untuk mencerna maksud dari penyair. Perhatikan penganalogian yang diciptakan oleh penyair:
Melihat pentas-pentas drama di negeriku
berjudul Pesta Darah di Jember
Menyerbu Negeri Hantu Putih di Solo,
Klaten, Semarang, Surabaya, dan Medan
Teror atas Gardu Pengaman Rakyat di Bandung
Woyla.
Ah, ingat ke hari kemarin
pentas sandiwara rakyat
yang berjudul Komando Jihad.
Ingat Malari.
Ingat berates pentas drama
yang naskahnya tak ketahuan
dan mata kita yang telanjang
dengan gampang dikelabui dan dijerumuskan.
Ah, drama-drama total
yang tanpa panggung
melainkan berlangsung di atas hamparan
kepala-kepala penonton.
Darah mengucur, kembang kematian.
Bau busuk air liur para sutradara licik
yang bersembunyi di hati mulia para rakyat
Drama peradaban yang bermain nyawa
Judul Sesobek Buku Harian Indonesia mencerminkan isi dari puisinya. Judul tersebut mengandung curahan hati terhadap nasib Indonesia yang memprihatinkan atau mengurai kesedihan. Hal itu teridentifikasi dari kata ”sesobek” yang maknanya sesuatu yang rusak. Melaui puisinya, penyair mencoba untuk menunjukkan betapa rusaknya keadaan Indonesia pada masa Orde Baru sehingga dapat menggugah kesadaran rakyatnya untuk tidak lagi tunduk pada pemerintahan Soeharto. Namun, sekadar menggugah kesadaran rakyat Indonesia tidak lantas dapat menyelesaikan masalah. Penyair seharusnya juga mampu memberikan motivasi ataupun alternatif kepada rakyat untuk menyikapi masalah tersebut pada saat itu.
Kesimpulan
Dari hasil analisis di atas, puisi Sesobek Buku Harian Indonesia mempergunakan keempat pendekatan, yakni kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, dan kritik objektif. Dalam kenyataannya sebuah kritik sastra jarang yang hanya mempergunakan satu pendekatan secara mutlak. Keempat pendekatan itu sering tercampur. Bahkan, kritik sastra hendaknya memperhatikan keempat pendekatan tersebut demi kesempurnaan dalam menimbang karya sastra (Pradopo, 2003:193).
Berdasarkan bentuk, puisi karya Emha Ainun Najib mempunyai rima dan bahasa kiasan metafora, perbandingan, dan hiperbola. Imaji yang diciptakan merupakan pencitraan penglihatan, penciuman, dan gerak. Apabila dilihat berdasarkan isisnya, Sesobek Buku Harian Indonesia merupakan puisi yang mengkritik keadaan Indonesia dan rakyatnya dalam masa pemerintahan Orde Baru. Penyair mencoba untuk menunjukkan betapa rusaknya keadaan Indonesia pada masa Orde Baru sehingga dapat menggugah kesadaran rakyatnya untuk tidak lagi tunduk pada pemerintahan Soeharto.
Menurut saya, sekadar menggugah kesadaran rakyat Indonesia tidak lantas dapat menyelesaikan masalah. Penyair seharusnya juga mampu memberikan semangat dan alternatif dalam menyelesaikan masalah pada saat itu sehingga puisi ini juga dapat berkontribusi untuk rakyat Indonesia. Dengan demikian, rakyat Indonesia tidak perlu menderita lebih lama lagi dan baru berinisiatif melakukan reformasi pada tahun 1988.
Selasa, 10 Januari 2012
CERITA TENTANG TEMAN SEKELAS
Cerita tentang teman sekelas.
Suasana kelas yang tekadang saya rasa enak dan kadang tidak enak. Saat enaknya kalau semua sedang kompak dank lop jadi kita bias mgerasin kekeluagaan di sana, nah ini ne yang gak enaknya kalau udah pada dapet tugas kelompok yang di kasih sama dosen dan suruh milih temen kelompok sendiri-sendiri, kebanyakan pada milih temen yang satu geng dan itu-itu aja orangnya, kadang ngersa kasian juga sama orang yang kemampuannya kurang dan suka gak dapet kelompok. Ada lagi kalau ketua tingkat udah emosi iiihh sebel banget. Terus juga suasana kelas yang sering banget rebut yang buat orang jadi gak konsen belajar, apa lagi kalau ada dosen yang lagi nerangin trus suaranya tu kecil di tambah lagi suasana kelas yang rebut, eeemm udahlah di jamin gak konsen banget.
CERPEN
Contoh cerpen...
Sahabat Sejati
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.
Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua
PANDANGAN TERHADAP PENDIDIKAN
Dewasa ini pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi semua manusia karena pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup manusia yang awalnya sebagai manusia yang bodoh menjadi pintar dan yang awalnya miskin menjadi kaya , tidak lepas dari semua itu suksesnya sebuah pendidikan berawal dari sebuah keinginan manusia itu sendiri karena semua itulah yang menentukan sebuah mutu pendidikan seseorang ataupun dalam ruang lingkup yang sangat luas yaitu negara .
Pentingnya sebuah pendidikan yang kita perolah dari manapun kita berada itulah yang dapat menjadikan kita sukses dalam menjalani hidup di sebuah negara apabila pendidikan yang diperoleh seseorang itu rendah tidak jarang orang yang melihatnya itu menghina dan mencaci maki orang tersebut padahal kalau kita sudah mengetahui orang tersebut berpendidikan rendah kita manusia yang bermartabat membantunya untuk mengajarinya agar pengetahuan dan pendidikan yang dimilikainya bisa bertambah minimal diberi keterampilan agar bisa membuat sebuah keterampilan yang membuat seseorang tersebut naik pendidikannya .
Tingkat pendidikan seseorang itu berbeda-beda sehingga mempengaruhi tingkat pendidikan sebuah negara, apabila negara itu maju bisa dipastikan negara tersebut memiliki pendidikan yang bermutu tinggi dan apabila negara itu terlihat miskin bisa diprediksi bahwa negara tersebut memiliki mutu pendidikan yang rendah.
Banyak negara yang menginginkan mutu pendidikannya itu tinggi sehingga rakyatnya bisa mengangkat harkat dan martabat negaranya namun perlu kita fikirkan semua keinginan yang diimpikan oleh negara tersebut hanya mimpi belaka kalau negara itu sendiri tidak menghargai dan melakukan sebuah tindakan yang signifikan sehingga dapat menjadikan negara tersebut mempunyai mutu pendidikan yang bagus , kalau negara tersebut hanya menginginkan tetapi tidak ada tidakan yang bagus percuma saja keinginannya tidak akan tercapai.
Sebagai contohnya banyak sekali anak-anak jalanan di sebuah negara yang tidak mengenyam pendidikan sedikitpun padahal pemerintah di negara-negara tersebut menginginkan negaranya menjadi maju tetapi negara tersebut tidak maksimal melakukan tindakan yang dapat meningkatkannya , kalau saja pemerintah sedikit meningkatkan kepedulian terhadap mereka semua, dana yang ada di pergunakan secara maksimal pasti pendidikan bisa maju.
Di zaman yang modern ini jika pendidikan yang di dapat itu rendah pasti akan tertindas marilah kita semua meningkatka kepedulian kepada mereka semua yang berada di jalan-jalan agar pendidikan di yang berada di negara kita bisa bagus.
Pentingnya sebuah pendidikan yang kita perolah dari manapun kita berada itulah yang dapat menjadikan kita sukses dalam menjalani hidup di sebuah negara apabila pendidikan yang diperoleh seseorang itu rendah tidak jarang orang yang melihatnya itu menghina dan mencaci maki orang tersebut padahal kalau kita sudah mengetahui orang tersebut berpendidikan rendah kita manusia yang bermartabat membantunya untuk mengajarinya agar pengetahuan dan pendidikan yang dimilikainya bisa bertambah minimal diberi keterampilan agar bisa membuat sebuah keterampilan yang membuat seseorang tersebut naik pendidikannya .
Tingkat pendidikan seseorang itu berbeda-beda sehingga mempengaruhi tingkat pendidikan sebuah negara, apabila negara itu maju bisa dipastikan negara tersebut memiliki pendidikan yang bermutu tinggi dan apabila negara itu terlihat miskin bisa diprediksi bahwa negara tersebut memiliki mutu pendidikan yang rendah.
Banyak negara yang menginginkan mutu pendidikannya itu tinggi sehingga rakyatnya bisa mengangkat harkat dan martabat negaranya namun perlu kita fikirkan semua keinginan yang diimpikan oleh negara tersebut hanya mimpi belaka kalau negara itu sendiri tidak menghargai dan melakukan sebuah tindakan yang signifikan sehingga dapat menjadikan negara tersebut mempunyai mutu pendidikan yang bagus , kalau negara tersebut hanya menginginkan tetapi tidak ada tidakan yang bagus percuma saja keinginannya tidak akan tercapai.
Sebagai contohnya banyak sekali anak-anak jalanan di sebuah negara yang tidak mengenyam pendidikan sedikitpun padahal pemerintah di negara-negara tersebut menginginkan negaranya menjadi maju tetapi negara tersebut tidak maksimal melakukan tindakan yang dapat meningkatkannya , kalau saja pemerintah sedikit meningkatkan kepedulian terhadap mereka semua, dana yang ada di pergunakan secara maksimal pasti pendidikan bisa maju.
Di zaman yang modern ini jika pendidikan yang di dapat itu rendah pasti akan tertindas marilah kita semua meningkatka kepedulian kepada mereka semua yang berada di jalan-jalan agar pendidikan di yang berada di negara kita bisa bagus.
PANDANGAN TENTANG PROGRAM STUDI.
Menurut saya, program studi bahasa Indonesia yang ada di universitas islam riau sudah lumayan bagus untuk menghasilkan mutu guru yang professional karena di UIR Dosen yang langsung mengajar dan yang memberikan arahan bagaimana cara menjadi seorang guru yang baik, dan yang memberikan materi serta arahan bukan asisten dosen seperti pada universitas. Program studi bahasa Indonesia sangat banyak peminatnya sehingga semakin banyak saingan dalam kegiatan belajar dan untuk mempeoleh lowongan pekerjaan pun semakin ketat.
PANDANGAN TERHADAP FKIP DAN UIR.
Menurut saya, FKIP sangat banyak di minati oleh banyak orang dan semakin tahun jumblah peminat yang ingin menjadi guru semakin banyak pula walau FKIP yang ada di UIR adalah universitas swasta. Meskipun begitu mutu pendidikan yang terdapat di UIR Walaupun swasta tidak kalah oleh negeri. Banyak orang yang lulusan dari UIR yang berhasil dan sukses.
PUISI
TUGAS INDIVIDU
PUISI
“Membuat Puisi”
Dosen Pembimbing: Drs. Darusman, AR.M.Pd
Disusun Oleh :
Siti Rahayu
Kelas. 3A
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2011
“Dia Bukan Untuk Ku”
Karya: Siti Rahayu
Ku hapus air mata ku
dengan air wudhu ku
ku hilangkan sejenak pikiran
tentang dirimu
dengan sholat ku
di setiap do’a ku
ku harapkan ampunanmu
ya Allah
ku belajar untuk mengikhlaskan mu
walau ku tahu, ku sakit karena mu
ku hilangkan semua bayang mu
didalam hati kecil ku
dengan mimpi indah ku
walau ku tahu tanpa mu
karena ku tahu tanpa mu kasih
cinta mu bukan untuk ku
“Si Penjaga Hati”
Karya: Siti Rahayu
Wahai malaikat kecil ku
hiburlah aku dengan sholawat mu
wahai malaikat kecil ku
tunjkkanlah pada dunia
bahwa aku bisa
bisa tanpa mu
wahai malaikat kecilku
ubahlah pribadiku ini
hingga membuat pangeran itu
iri pada ku
wahai malaikat cinta ku
ku serahkan cinta tulus ku padamu
dalam sajadah cinta ku
jagalah dan cinta ini
hingga akhir menutup mata
“Hanya Kenangan “
Karya: Siti Rahayu
Lewat angin malam
Ingin ku sampaikan salam
Lewat rembulan semu
Ingin ku sampaikan rindu
Lewat sebait puisi
Ingin ku curahkan isi hati
Dikala malam menjelang
Mentari telah terbenam
rembulan mulai menghampiri
dan bintang mulai menghiasi
hingga fajar mulai menjelang kembali
Bayanganmu tan pernah luput
dari benak ku
ku rindu dengan semuanya
canda tawa dan senyum itu
senyum yang terangkan hatiku
tapi semua telah lenyap
hanya dengan satu kesalahan
“Saat Sesaat”
Karya: Siti Rahayu
Saat-saat terindah
Saat sesaat bersamamu
Sesaat saat cinta itu
kau beri sesaat
walau hanya sesaat
bagiku itu indah
Karena sesaat itu
Aku mengerti
Sesaat kau berikan itu
Tak akan terlupakan
Hanya dengan sesaat saja
Tapi selamanya ....
“Sahabat Selalu”
Karya: Siti Rahayu
Sahabatu ku .....
sahabat kita selalu
Selamanya kita sahabat
Hadirlah sahabat
Saat-saat sedihku
Saat-saat senangku
Bantulah hapus air mata ku
Hadirlah saat bahagia
dan tertawa bersama ku
Sahabat ....
Jadilah semangat ku
Semangat bersamamu
Sahabat dalam suka
dan sahabat dan duka
Selamanya ....
“Pilihan Ku”
Karya: Siti Rahayu
Kau paksa aku
Kau beri dua pilihan
Kau paksa aku untuk memilihnya
Kau bilang
Pilih hujan atau panas
Ku bilang, aku pilih hujan
namun kau tak suka itu
tapi aku tetap memilih hujan
Sebab, hujan adalah anugerah
Saat ku berlari dan menangis
Hujan dapat menghapuskannya
Semua tangis air mata ku
Saat jatuh berderaian
Agar kau tak tahu
Saat ku jatuhkan itu
Aku berusaha tegar
Walaupun sebenarnya
Aku rapuh ...
Namun ku tak pernah peduli
Akan semua itu
”Doa dan Kuasa”
Karya: Siti Rahayu
Tuhan ...
Dalam ku termenung
Ku sebut nama-Mu
Dalam sedih ku
Dalam senang ku
Ingatkan ku akan kuasa –Mu
Pancarkanlah cahaya suci
Terlontar dalam doa’ ku
Disetiap do’a , Ku harap ampunan
Hanya kepada-MU
Tuhan ....
Ak hilang, aku remuk, aku musnah
tanpa kuasa – MU
Tuhan ....
Di pintu- Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Hingga Kembali dalam pangkuan-Mu
“Ayah”
Karya: Siti Rahayu
Kerut di kening itu
Tanda usia senja
Mandi keringat membanting tulang
Kau lakukan demi kami
Demi keluarga kecilmu
Ayah....
Saat fajar terbit kau pergi
Saat senja dating kau pulang
Satu tujuan mulia
Sinarkan bahagia tuk keluarga
Tuhan .....
Berikan keselamatan untuk ayah
Lindingi Ayah
di setiap jejak langkahnya
“Sakit Hati”
Karya: Siti Rahayu
Biru tampak awan di langit
Angin berhembus nyius
dengan merdunya
Putusnya kasih hilangnya cinta
Namun hati selalu terkenang
Gunung tinggi diliputi awan
Berteduh langit siang dan malam
Terkenang kasih hanya di angan
Berkhayal tinggi terlalu dalam
Rasakan hancur seisi badan
Kala terkenang dia seorang
Apalah daya mimpi yang indah
Jika terbatas dengan penghianatan
Betapa sakit rasa hati
Saat kau tinggalkan aku sendiri
“Hilang”
Karya: Siti Rahayu
Malam terasa sunyi
Siang terasa kelam
Dunia terasa sepi
Sepi yang mendalam
Kini....
Tak ada lagi cahaya
Bintang terasa hilang
Awan terasa mendung
Taman terasa gersang
Melihat kasih telah hilang
Dulu ....
Kau bilang sayang
Tapi ternyata sayang
Bukan Cuma aku yang kau sayang
Dengan mudahnya kau bagi sayang
Kini cinta dan sayang telah hilang
Langganan:
Postingan (Atom)